Tarian Bedhaya Ketawang
Tari Bedhaya Ketawang merupakan tarian
yang biasa digunakan atau ditarikan di dalam keraton, karena biasa
dipertunjukkan untuk mengiringi upacara Tingalan Jumeneng Dalem (ulang
tahun penobatan raja).
Tarian ini ditarikan oleh sembilan orang
penari putri. Ke sembilan penari putri tadi dicarikan yang sama atau
hampir mirip Wajahnya, besar tinggi badannya. Begitu juga dengan tata
rias dan tata pakaiannya sama. Ada nama-nama tersendiri untuk ke
sembilan penari tersebut yaitu Endel, Batak, Jangga, Dada, Bunthil, Apit
Ngajeng, Apit Wingking, Endel Wedalan Ngajeng, dan Endel Wedalan
Wingking.
Tarian Bedhaya Ketawang ini ditarikan
oleh sembilan penari putri karena sembilan penari tersebut mencerminkan
atau menyimbolkan sembilan lubang pada tubuh manusia. Penarinya juga
harus masih perawan. Untuk latihan tarian ini tidak boleh di sembarang
hari, ada hari khusus untuk latihan tarian ini yaitu hari Selasa Kliwon.
Tarian ini diiringi gendhing ketawang.
Baik tari maupun gendhing pengiringnya merupakan sesuatu yang kramat,
sehingga untuk menyajikannya harus didahului dengan suatu upacara
tersendiri.
Tari Bedhaya Ketawang ini melukiskan
kisah pertemuan antara panembahan Senapati seorang raja Mataram dengan
Nyi Roro Kidul seorang ratu di lautan Indonesia.
Di Keraton Surakarta tari Bedhaya
Ketawang pada mulanya hanya diperagakan oleh tujuh wanita saja. Namun,
karena tari ini dianggap sebuah tarian khusus dan dipercaya sebagai tari
uang amat sakral kemudian diperankan oleh sembilan prang penari.
Tarian ini muncul karena akibat
bersemadinya panembahan Senapati di pantai selatan. Dalam semadinya
panembaan Senapati bertemu dengan Ratu Kidul yang sedang menari. Ratu
Kidul ini mengajarkan pada panembahan Senapati Mataram, yang disesuaikan
dengan alunan sebuah gendhing yang di dengar.
Tari Srimpi
Tarian ini ditarikan oleh empat orang
penari putri dengan membawa Perlengkapan botol isi minuman dan gelas. Ke
empat penari putri ini menggambarkan empat arah mata angin. Untuk tata
rias dan pakaian sama, demikian juga ke empat penari itu dicarikan wajah
dan besar serta tinggi tubuh yang sama atau hampir mirip. Tari ini
diiringi dengan gendhing Sanyupati untuk upacara penyambutan tamu agung.
Di dalam tarian ini dapat ditemui
saat-saat para penari menuangkan minuman ke dalam gelas untuk kemudian
diminumnya. Bertepatan dengan adegan tersebut, para tamu berdiri dan
bersama-sama meminum minuman yang telah disediakan di tempat
masing-masing.
Tari Kebo Kinul
Kebo Kinul merupakan orang-orangan di
tengah sawah, di desa Genengsari biasa disebut Sawi (batang kayu yang
ditutup jerami dan dibentuk mirip manusia) yang berfungsi untuk mengusir
hama tanaman padi. Biasanya dipertunjukkan saat upacara bersih desa.
Tarian ini mengisahkan legenda desa
Genengsari yang menceritakan tentang Kebo Kinul yang merasa tidak
dihargai keberadaannya menjadi marah dan menyerang warga desa serta
menyebarnya penyakit ke seluruh desa Genengsari. Namun semua itu
teratasi atas seorang kyai yang mampu menyelesaikan persoalan tersebut,
akhirnya Kebo Kinul dapat menjadi sahabat kembali.
Para penari dirias berbeda-beda sesuai dengan peran masing-masing, yaitu:
Kebo KinulWajah tanpa riasan, mulut ditutup mendhong, sebelumnya memakai kain dan celana hitam. Penutup tubuh dua bagian. Setiap tubuh diikat berbeda, yaitu lengan ditutup mendhong, diikat menjadi tiga (lengan atas, bawah, tengah), kepala diikat menjadi satu bagian (leher), dan diatas kepala diikat tiga bagian.Wadyabala
Wajah dirias menggunakan simit (pewarna tubuh). Untuk badan, tangan dan kaki menggunakan putih, merah dan hitam. Dari punggung ke bawah mengenakan kain kotak-kotak dan kepada diikat.Kyai Penthul
Mengenakan kaos hitam, celana panjang putih, baju panjang sampai bawah lutut berlengan panjang berwarna putih, kepala menggunakan sorban warna putih, dilengkapi dengan sabuk, epek timang dan keris.Pak Tani
Mengenakan celana sebatas lutut warna hitam, baju lengan panjang dan menggunakan caping.Mbok Tani
Rambut disanggul konde, mengenakan jarik wiron dan kebaya lengan panjang serta menggunakan caping.R. Panji Dikrama
Mengenakan celana selutut, jarik wiron, cantukan rompi dilengkapi dengan sabuk, epek timang, sampur dan blangkon.Gadung Mlati
Dirias cantik, menggunakan jarik wiron dan kemben serta sanggul konde.Pemesik
Menggunakan celana komprang hitam, baju hitam lengan panjang dan iket.Waranggana
Dirias cantik, menggunakan jarik wiron dan kebaya serta sanggul konde.
Tari Kelana Topeng
Tari Kelana Topeng sebuah tarian yang
menggambarkan seorang raja dalam cerita panji sedang jatuh cinta pada
seorang putri dari kerajaan Kediri. Tari ini ditarikan oleh seorang
penari dan pada susunan kostumnya menggunakan topeng.
Tari Prawiraguna
Tari ini bertemakan heroic,
menggambarkan seorang prajurit yang sedang berlatih perang dengan
membawa senjata tameng dan pedang atau tongkat pendek.
Tari Minak Jingga Dayun
Tarian ini diangkat dari epos cerita
Damarwulan pada waktu kerajaan Majapahit diperintah oleh Ratu Kencana
Wungu. Ketika itu Minak Jingga menjadi Adipati Blambangan dan merupakan
seorang Adipati yang sakti. Dia begitu senang hatinya berada di bawah
kekuasaan seorang raja wanita dan bahkan dia ingin mempersunting sebagai
istri. Di saat-saat dirundung cinta kepada Ratu Ayu Kencana Wungu
selalu diladeni oleh abdi setianya yang bernama Dayun.
Tari Jaka Tarub Nawang Wulan
Tarian ini menggambarkan seorang jejaka
yang bernama Jaka Tarub sedang memadu kasih dengan seorang bidadari yang
bernama Nawang Wulan. Jaka Tarub yang sedang berburu dengan sumpitnya
tiba-tiba sampai pada telaga yang sedang digunakan untuk mandi para
bidadari. Dia berhasil mencari salah satu pakaian mereka, ternyata
pakaian milik Nawang Wulan. Jaka Tarub berhasil membujuk Nawang Wulan
untuk dijadikan istrinya dan kemudian ddibawanya serta ke desa Tarub.
Tari Wireng Bandabaya
Wireng Bandabaya merupakan tarian yang
menggambarkan dua orang prajurit yang sedang berlatih perang. Dalam
latihan tersebut mereka membawa tameng dan senjata. Dalam tarian ini
senjatanya berupa tongkat pendek. Kalau menggunakan senjata Bindi
biasanya dinamakan Bandayuda sedang senjata tombak biasa disebut Prawira
Watang. Biasanya Wireng ini ditarikan oleh empat orang penari dalam
bentuk berpasangan.
Tari Karna Tinandang
Tari ini menggambarkan perang tanding
antara Arjuna melawan Prabu Karna. Kedua tokoh tersebut adalah dua orang
Senapati besar dalam peperangan antara Pandawa melawan Kurawa yang
disebut Baratayudha. Prabu Karna adalah Senapati perang dari pihak
Kurawa sedang Arjuna adalah Senapati dari pihak Pandawa. Dalam tarian
ini digunakan senjata debeng (semacam tameng) serta keris.
Tari Srikandi Bisma
Tari ini merupakan petikan dari
Baratayudha, merupakan peperangan antara Senapati Puri dari pihak
Pandawa yang bersama Srikandi melawan Senapati dari pihak Kurawa yang
bernama Resi Bisma.
Tari Bambagan Cakil
Tarian ini menggambarkan peperangan
antara lambang kebenaran dalam bentuk Bambangan melawan lambang
kejahatan yang berbentuk raksasa cakil. Tokoh Bambangan ini dapat
digambarkan dengan Arjuna, Abimanyu dan sebagainya. Kadangkala dalam
tarian ini setelah raksasa cakil dapat dikalahkan disusul dengan perang
melawan raksasa yang membela kawannya yang telah mati tadi.
Tari Retna Pramudya
Tarian ini menggambarkan dua orang
prajurit putri yang sedang berlatih perang. Senjata yang dipergunakan
adalah jemparing atau periah.
Tari Tayub
Tari Tayub merupakan tarian yang
berkembang dikalangan masyarakat, dahuluy merupakan tarian untuk
menghibur masyarakat yang telah menyelesaikan tugasnya dengan hasil
gemilang. Dalam tari ini penari membawa selendang untuk pada suatu saat
diserahkan kepada para penonton untuk diajak menari bersama-sama.
Tari Bondan
Tari Bondan menggambarkan seorang gadis
yang sedang merawat bayi dengan penuh kasih sayang. Pada tari ini
digunakan pula sebuah kendi yang pada saat-saat tertentu penari naik
diatasnya sambil menari, dan pada akhir tarinya kendi tersebut dipecah
diatas pentas untuk menunjukkan bahwa kendi tersebut tidak berisi
apa-apa di dalamnya.
Tari Gambyong
Tari ini menggambarkan kegairahan
seorang remaja putri dalam merawat dirinya. Meskipun tarian ini termasuk
bentuk tarian tunggal tetapi kadangkala dapat ditarikan oleh beberapa
petami dalam bentuk kelompok dengan permainan komposisi ruang.
Penari Gambyong pada mulanya mengisi
gending yang dibunyikan dengan gerak-gerak tari yang dimilikinya. Hal
ini dapat menimbulkan saling menguji ketrampilan antara penari dan
pengendangnya. Iringan yang digunakan adalah gending Ageng seperti
misalnya gending Gambir Sawit Pancerana dan sebagainya.
Tari Gambir Anom
Tari ini menggambarkan seorang raja yang
sedang jatuh cinta pada seorang putri kerajaan Dwarawati yang bernama
Dewi Tih Sari, Prabu Gambir Anom sebenarnya adalah salah seorang putra
dari Arjuna yang bernama Irawan. Biasanya tari ini diiringi susunan
iringan yang terdiri dari Lancaran Rena-rena, Ketawang Kinanti Sandung
dan Srepengan.
Tari Gatotkaca Gandrung
Tarian ini menggambarkan tingkah laku
Gatotkaca tatkala berangan-angan ingin mempersunting putri itu menjadi
istrinya. Kadangkala untuk lebih memberi hidup pada tarian ini
ditunjukkan pula tokoh Pregiwa sebagai bayangan atau ilusi.
Tari Jurit Sarupaten
Jurit Sarupaten adalah sebuah tarian
yang memadukan gerak pahlawan Untung Suropati dalam melawan penjajah.
Dipadu dengan musik gending Red yang tidak ada pada tari lain, tari ini
semakin indah tatkala prajurit memainkannya naik kuda yang melambangkan
kegagahan.
Para pengunjung baik wisatawan asing
maupun dalam negeri, akan diiringi tarian ini ketika menelusuri tembok
dan sanggar Tosan Aji.
Tari Merak
Tarian merak ini merupakan tarian yang
melambangkan gerakan-gerakan burung Merak. Merupakan tarian Solo,
biasanya dilakukan oleh beberapa orang penari. Penari umumnya memakai
selendang yang diikat dipinggang yang jika dibentangkan akan menyerupai
sayap burung. Penari juga memakai mahkota berbentuk kepala burung Merak.
Gerakan tangan yang gemulai dan iringan gamelan, merupakan salah satu
karakteristik tarian ini.
Tari Kukilo
Tarian ini menggambarkan beterbangan dan
berkejar-kejaran di udara. Baik irama maupun ragam gerak yang dinamis
dan lincah disusun untuk menggambarkan kegesitan sekawanan burung dalam
meluncur, hinggap dan kembali terbang.
Tari Jaranan
Tarian ini menggambarkan tingkah laku
jaran. Tari Jaranan ini menceritakan tentang kemenangan warga desa dalam
mengusir marabahaya atau keangkaramurkaan yang menyerang desanya.
Biasanya para penari membawa jaranan dan pecut.
Tari Karonsih dan Tari Lambangsih
Tarian Karonsih dan Lambangsih
menggambarkan orang yang sedang bermadu kasih (antara laki-laki dan
perempuan). Tarian iuni biasanya ditarikan pada acara resepsi pernikahan
sebagai lambang cinta kasih kedua mempelai, bagaikan percintaannya
antara Dyah Sekartaji dengan Panji Asmara Bangun.
Tari Wira Pertiwi
Tari Wira Pertiwi ini sama halnya dengan
tarian Retna Pramudya yang menggambarkan prajurit wanita yang sedang
berlatih perang. Dalam tarian ini gerakannya dinamis yang menggambarkan
prajurit wanita itu tegas, tangkas dan tangguh.
Tari Dewi Sri
Tarian Dewi Sri ini berasal dari Karanganyar Solo, yang melambangkan kesuburan saat panen dan diiringi musik lesung.
Tari Golek Manis
Tarian ini sama atau mirip dengan tari
Gambyong yaitu mengisahkan kegairahan seorang putri yang menginjak
remaja dengan menata diri atau berdandan. Tari Golek Manis ini tercipta
dari wayang golek, wayang kurcil dan wayang yang lain yang kemudian
diubah ke dalam bentuk tarian.
Tari Eko Prawira dan Tari Bondhoyudho
Tari Eko Prawira dan Tari Bondhoyudho
ini menggambarkan atau mengisahkan prajurit yang sedang perang. Biasanya
para penarinya membawa tongkat.
Tari Manipuri
Tari Manipuri menggambarkan seorang gadis yang harus mandi kemudian melakukan tata diri atau berdandan.
Tari Srikandi Mustaka Weni
Tari Srikandi Mustaka Weni menggambarkan seorang prajurit wanita yang sedang perang.
Tari Jatilan
Di daerah klaten dikenal adanya tari
Jatilan. Jatilan adalah tari tradisional yang menggambarkan tentang
keprajuritan, pada waktu perang perangan yang dilakukan beberapa orang
dengan cara naik kuda kepang. Dalam tari Jatilan ini diperagakan dengan
pakai kuda kepang atau kuda lumping yang dikendalikan oleh seorang
pawang yang diawasi oleh Ki pentul dan Ki tembem.
Tarian ini biasanya diiringi dengan
gamelan yang berupa : kendang, bende dan kecer. Dalam tari Jatilan ini
dimasukan unsur magis yang melambangkan kekebalan dari pihak pemain
mengenakan topeng atau kacamata hitam. Tari Jatilan di Kabupaten Klaten
yang terkenal adalah Tari Jatilan dari Desa Bugisan Kecamatan Prambanan.
Tari Jatilan ini dipentaskan tiap hari jumat di panggung terbuka di
Desa Bugisan Kecamatan Prambanan untuk para turis asing maupun domestik.
Tari Topeng
Tari topeng adalah yang biasa dimainkan
di daerah klaten. Kesenian tradisional yang para pemainnya mengenakan
topeng sesuai dengan peran atau dapukaannya. Timbulnya kesenian ini dari
Kediri Jawa Timur, tari topeng dilaksanakan dengan percakapan atau
dialog dan diiringi gamelan jawa selendro lengkap. Adapun tema ceritanya
adalah cerita Panji.
Di Kabupaten Klaten untuk pertama kali
dilaksanakan oleh para dalang wayang kulit dan perkumpulan tari topeng
yang terkenal bernama Magodo di Desa Jogosetran Kecamatan Kalikotes.
Keistimewaan Tari Topeng pada saat itu
yaitu tidak setiap orang bisa melakukannya kecuali para dalang, kesenian
topeng ini dalam dialog ada yang melepaskan topeng dari gigitan, akan
tetapi tetap dipegang untuk menutupi mukanya. Tarian ini khusus
dipentaskan pada siang hari dan tidak dilaksanakan pada malam hari.
Namun demikian pada saat sekarang tari topeng tersebut sudah dapat
dilaksanakan oleh para remaja.
-
Tarian Bedhaya Ketawang
Tari
Bedhaya Ketawang merupakan tarian yang biasa digunakan atau ditarikan
di dalam keraton, karena biasa dipertunjukkan untuk mengiringi upacara
Tingalan Jumeneng Dalem (ulang tahun penobatan raja).
Tarian
ini ditarikan oleh sembilan orang penari putri. Ke sembilan penari
putri tadi dicarikan yang sama atau hampir mirip Wajahnya, besar tinggi
badannya. Begitu juga dengan tata rias dan tata pakaiannya sama. Ada
nama-nama tersendiri untuk ke sembilan penari tersebut yaitu Endel,
Batak, Jangga, Dada, Bunthil, Apit Ngajeng, Apit Wingking, Endel Wedalan
Ngajeng, dan Endel Wedalan Wingking.
Tarian
Bedhaya Ketawang ini ditarikan oleh sembilan penari putri karena
sembilan penari tersebut mencerminkan atau menyimbolkan sembilan lubang
pada tubuh manusia. Penarinya juga harus masih perawan. Untuk latihan
tarian ini tidak boleh di sembarang hari, ada hari khusus untuk latihan
tarian ini yaitu hari Selasa Kliwon.
Tarian
ini diiringi gendhing ketawang. Baik tari maupun gendhing pengiringnya
merupakan sesuatu yang kramat, sehingga untuk menyajikannya harus
didahului dengan suatu upacara tersendiri.
Tari
Bedhaya Ketawang ini melukiskan kisah pertemuan antara panembahan
Senapati seorang raja Mataram dengan Nyi Roro Kidul seorang ratu di
lautan Indonesia.
Di
Keraton Surakarta tari Bedhaya Ketawang pada mulanya hanya diperagakan
oleh tujuh wanita saja. Namun, karena tari ini dianggap sebuah tarian
khusus dan dipercaya sebagai tari uang amat sakral kemudian diperankan
oleh sembilan prang penari.
Tarian
ini muncul karena akibat bersemadinya panembahan Senapati di pantai
selatan. Dalam semadinya panembaan Senapati bertemu dengan Ratu Kidul
yang sedang menari. Ratu Kidul ini mengajarkan pada panembahan Senapati
Mataram, yang disesuaikan dengan alunan sebuah gendhing yang di dengar.
-
Tari Srimpi
Tarian
ini ditarikan oleh empat orang penari putri dengan membawa Perlengkapan
botol isi minuman dan gelas. Ke empat penari putri ini menggambarkan
empat arah mata angin. Untuk tata rias dan pakaian sama, demikian juga
ke empat penari itu dicarikan wajah dan besar serta tinggi tubuh yang
sama atau hampir mirip. Tari ini diiringi dengan gendhing Sanyupati
untuk upacara penyambutan tamu agung.
Di
dalam tarian ini dapat ditemui saat-saat para penari menuangkan minuman
ke dalam gelas untuk kemudian diminumnya. Bertepatan dengan adegan
tersebut, para tamu berdiri dan bersama-sama meminum minuman yang telah
disediakan di tempat masing-masing.
-
Tari Kebo Kinul
Kebo
Kinul merupakan orang-orangan di tengah sawah, di desa Genengsari biasa
disebut Sawi (batang kayu yang ditutup jerami dan dibentuk mirip
manusia) yang berfungsi untuk mengusir hama tanaman padi. Biasanya
dipertunjukkan saat upacara bersih desa.
Tarian
ini mengisahkan legenda desa Genengsari yang menceritakan tentang Kebo
Kinul yang merasa tidak dihargai keberadaannya menjadi marah dan
menyerang warga desa serta menyebarnya penyakit ke seluruh desa
Genengsari. Namun semua itu teratasi atas seorang kyai yang mampu
menyelesaikan persoalan tersebut, akhirnya Kebo Kinul dapat menjadi
sahabat kembali.
Para penari dirias berbeda-beda sesuai dengan peran masing-masing, yaitu:
-
Kebo Kinul
Wajah tanpa riasan, mulut ditutup mendhong, sebelumnya memakai kain dan
celana hitam. Penutup tubuh dua bagian. Setiap tubuh diikat berbeda,
yaitu lengan ditutup mendhong, diikat menjadi tiga (lengan atas, bawah,
tengah), kepala diikat menjadi satu bagian (leher), dan diatas kepala
diikat tiga bagian.
-
Wadyabala
Wajah dirias menggunakan simit (pewarna tubuh). Untuk badan, tangan dan
kaki menggunakan putih, merah dan hitam. Dari punggung ke bawah
mengenakan kain kotak-kotak dan kepada diikat.
-
Kyai Penthul
Mengenakan kaos hitam, celana panjang putih, baju panjang sampai bawah
lutut berlengan panjang berwarna putih, kepala menggunakan sorban warna
putih, dilengkapi dengan sabuk, epek timang dan keris.
-
Pak Tani
Mengenakan celana sebatas lutut warna hitam, baju lengan panjang dan menggunakan caping.
-
Mbok Tani
Rambut disanggul konde, mengenakn jarik wiron dan kebaya lengan panjang serta menggunakan caping.
-
R. Panji Dikrama
Mengenakn celana selutut, jarik wiron, cantukan rompi dilengkapi dengan sabuk, epek timang, sampur dan blangkon.
-
Gadung Mlati
Dirias cantik, menggunakan jarik wiron dan kemben serta sanggul konde.
-
Pemesik
Menggunakan celana komprang hitam, baju hitam lengan panjang dan iket.
-
Waranggana
Dirias cantik, menggunakan jarik wiron dan kebaya serta sanggul konde.
-
Tari Kelana Topeng
Tari
Kelana Topeng sebuah tarian yang menggambarkan seorang raja dalam
cerita panji sedang jatuh cinta pada seorang putri dari kerajaan Kediri.
Tari ini ditarikan oleh seorang penari dan pada susunan kostumnya
menggunakan topeng.
-
Tari Prawiraguna
Tari
ini bertemakan heroic, menggambarkan seorang prajurit yang sedang
berlatih perang dengan membawa senjata tameng dan pedang atau tongkat
pendek.
-
Tari Minak Jingga Dayun
Tarian
ini diangkat dari epos cerita Damarwulan pada waktu kerajaan Majapahit
diperintah oleh Ratu Kencana Wungu. Ketika itu Minak Jingga menjadi
Adipati Blambangan dan merupakan seorang Adipati yang sakti. Dia begitu
senang hatinya berada di bawah kekuasaan seorang raja wanita dan bahkan
dia ingin mempersunting sebagai istri. Di saat-saat dirundung cinta
kepada Ratu Ayu Kencana Wungu selalu diladeni oleh abdi setianya yang
bernama Dayun.
-
Tari Jaka Tarub Nawang Wulan
Tarian
ini menggambarkan seorang jejaka yang bernama Jaka Tarub sedang memadu
kasih dengan seorang bidadari yang bernama Nawang Wulan. Jaka Tarub yang
sedang berburu dengan sumpitnya tiba-tiba sampai pada telaga yang
sedang digunakan untuk mandi para bidadari. Dia berhasil mencari salah
satu pakaian mereka, ternyata pakaian milik Nawang Wulan. Jaka Tarub
berhasil membujuk Nawang Wulan untuk dijadikan istrinya dan kemudian
ddibawanya serta ke desa Tarub.
-
Tari Wireng Bandabaya
Wireng
Bandabaya merupakan tarian yang menggambarkan dua orang prajurit yang
sedang berlatih perang. Dalam latihan tersebut mereka membawa tameng dan
senjata. Dalam tarian ini senjatanya berupa tongkat pendek. Kalau
menggunakan senjata Bindi biasanya dinamakan Bandayuda sedang senjata
tombak biasa disebut Prawira Watang. Biasanya Wireng ini ditarikan oleh
empat orang penari dalam bentuk berpasangan.
-
Tari Karna Tinandang
Tari
ini menggambarkan perang tanding antara Arjuna melawan Prabu Karna.
Kedua tokoh tersebut adalah dua orang Senapati besar dalam peperangan
antara Pandawa melawan Kurawa yang disebut Baratayudha. Prabu Karna
adalah Senapati perang dari pihak Kurawa sedang Arjuna adalah Senapati
dari pihak Pandawa. Dalam tarian ini digunakan senjata debeng (semacam
tameng) serta keris.
-
Tari Srikandi Bisma
Tari
ini merupakan petikan dari Baratayudha, merupakan peperangan antara
Senapati Puri dari pihak Pandawa yang bersama Srikandi melawan Senapati
dari pihak Kurawa yang bernama Resi Bisma.
-
Tari Bambagan Cakil
Tarian
ini menggambarkan peperangan antara lambang kebenaran dalam bentuk
Bambangan melawan lambang kejahatan yang berbentuk raksasa cakil. Tokoh
Bambangan ini dapat digambarkan dengan Arjuna, Abimanyu dan sebagainya.
Kadangkala dalam tarian ini setelah raksasa cakil dapat dikalahkan
disusul dengan perang melawan raksasa yang membela kawannya yang telah
mati tadi.
-
Tari Retna Pramudya
Tarian
ini menggambarkan dua orang prajurit putri yang sedang berlatih perang.
Senjata yang dipergunakan adalah jemparing atau periah.
-
Tari Tayub
Tari
Tayub merupakan tarian yang berkembang dikalangan masyarakat, dahuluy
merupakan tarian untuk menghibur masyarakat yang telah menyelesaikan
tugasnya dengan hasil gemilang. Dalam tari ini penari membawa selendang
untuk pada suatu saat diserahkan kepada para penonton untuk diajak
menari bersama-sama.
-
Tari Bondan
Tari
Bondan menggambarkan seorang gadis yang sedang merawat bayi dengan
penuh kasih sayang. Pada tari ini digunakan pula sebuah kendi yang pada
saat-saat tertentu penari naik diatasnya sambil menari, dan pada akhir
tarinya kendi tersebut dipecah diatas pentas untuk menunjukkan bahwa
kendi tersebut tidak berisi apa-apa di dalamnya.
-
Tari Gambyong
Tari
ini menggambarkan kegairahan seorang remaja putri dalam merawat
dirinya. Meskipun tarian ini termasuk bentuk tarian tunggal tetapi
kadangkala dapat ditarikan oleh beberapa petami dalam bentuk kelompok
dengan permainan komposisi ruang.
Penari
Gambyong pada mulany mengisi dending yang dibunyikan dengan gerak-gerak
tari yang dimilikinya. Hal ini dapat menimbulkan saling menguji
ketrampilan antara penari dan pengendangnya. Iringan yang digunakan
adalah gending Ageng seperti misalnya gending Gambir Sawit Pancerana dan
sebagainya.
-
Tari Gambir Anom
Tari
ini menggambarkan seorang raja yang sedang jatuh cinta pada seorang
putri kerajaan Dwarawati yang bernama Dewi Tih Sari, Prabu Gambir Anom
sebenarnya adalah salah seorang putra dari Arjuna yang bernama Irawan.
Biasanya tari ini diiringi susunan iringan yang terdiri dari Lancaran
Rena-rena, Ketawang Kinanti Sandung dan Srepengan.
-
Tari Gatotkaca Gandrung
Tarian
ini menggambarkan tingkah laku Gatotkaca tatkala berangan-angan ingin
mempersunting putri itu menjadi istrinya. Kadangkala untuk lebih memberi
hidup pada tarian ini ditunjukkan pula tokoh Pregiwa sebagai bayangan
atau ilusi.
-
Tari Jurit Sarupaten
Jurit
Sarupaten adalah sebuah tarian yang memadukan gerak pahlawan Untung
Suropati dalam melawan penjajah. Dipadu dengan musik gending Red yang
tidak ada pada tari lain, tari ini semakin indah tatkala prajurit
memainkannya naik kuda yang melambangkan kegagahan.
Para
pengunjung baik wisatawan asing maupun dalam negeri, akan diiringi
tarian ini ketika menelusuri tembok dan sanggar Tosan Aji.
-
Tari Merak
Tarian
merak ini merupakan tarian yang melambangkan gerakan-gerakan burung
Merak. Merupakan tarian Solo, biasanya dilakukan oleh beberapa orang
penari. Penari umumnya memakai selendang yang diikat dipinggang yang
jika dibentangkan akan menyerupai sayap burung. Penari juga memakai
mahkota berbentuk kepala burung Merak. Gerakan tangan yang gemulai dan
iringan gamelan, merupakan salah satu karakteristik tarian ini.
-
Tari Kukilo
Tarian
ini menggambarkan beterbangan dan berkejar-kejaran di udara. Baik irama
maupun ragam gerak yang dinamis dan lincah disusun untuk menggambarkan
kegesitan sekawanan burung dalam meluncur, hinggap dan kembali terbang.
-
Tari Jaranan
Tarian
ini menggambarkan tingkah laku jaran. Tari Jaranan ini menceritakan
tentang kemenangan warga desa dalam mengusir marabahaya atau
keangkaramurkaan yang menyerang desanya. Biasnya para penari membawa
jaranan dan pecut.
-
Tari Karonsih dan Tari Lambangsih
Tarian
Karonsih dan Lambangsih menggambarkan orang yang sedang bermadu kasih
(antara laki-laki dan perempuan). Tarian iuni biasanya ditarikan pada
acara resepsi pernikahan sebagai lambang cinta kasih kedua mempelai,
bagaikan percintaannya antara Dyah Sekartaji dengan Panji Asmara Bangun.
-
Tari Wira Pertiwi
Tari
Wira Pertiwi ini sama halnya dengan tarian Retna Pramudya yang
menggambarkan prajurit wanita yang sedang berlatih perang. Dalam tarian
ini gerakannya dinamis yang menggambarkan prajurit wanita itu tegas,
tangkas dan tangguh.
-
Tari Dewi Sri
Tarian Dewi Sri ini berasal dari Karanganyar Solo, yang melambangkan kesuburan saat panen dan diiringi musik lesung.
-
Tari Golek Manis
Tarian
ini sama atau mirip dengan tari Gambyong yaitu mengisahkan kegairahan
seorang putri yang menginjak remaja dengan menata diri atau berdandan.
Tari Golek Manis ini tercipta dari wayang golek, wayang kurcil dan
wayang yang lain yang kemudian diubah ke dalam bentuk tarian.
-
Tari Eko Prawira dan Tari Bondhoyudho
Tari
Eko Prawira dan Tari Bondhoyudho ini menggambarkan atau mengisahkan
prajurit yang sedang perang. Biasanya para penarinya membawa tongkat.
-
Tari Manipuri
Tari Manipuri menggambarkan seorang gadis yang harus mandi kemudian melakukan tata diri atau berdandan.
-
Tari Srikandi Mustaka Weni
Tari Srikandi Mustaka Weni menggambarkan seorang prajurit wanita yang sedang perang.
-
Tari Jatilan
Di
daerah klaten dikenal adanya tari Jatilan. Jatilan adalah tari
tradisional yang menggambarkan tentang keprajuritan, pada waktu perang
perangan yang dilakukan beberapa orang dengan cara naik kuda kepang.
Dalam tari Jatilan ini diperagakan dengan pakai kuda kepang atau kuda
lumping yang dikendalikan oleh seorang pawang yang diawasi oleh Ki
pentul dan Ki tembem.
Tarian ini biasanya diiringi dengan gamelan yang berupa : kendang,
bende dan kecer. Dalam tari Jatilan ini dimasukan unsur magis yang
melambangkan kekebalan dari pihak pemain mengenakan topeng atau kacamata
hitam. Tari Jatilan di Kabupaten Klaten yang terkenal adalah Tari
Jatilan dari Desa Bugisan Kecamatan Prambanan. Tari Jatilan ini
dipentaskan tiap hari jumat di panggung terbuka di Desa Bugisan
Kecamatan Prambanan untuk para turis asing maupun domestik.
-
Tari Topeng
Tari
topeng adalah yang biasa dimainkan di daerah klaten. Kesenian
tradisional yang para pemainnya mengenakan topeng sesuai dengan peran
atau dapukaannya. Timbulnya kesenian ini dari Kediri Jawa Timur, tari
topeng dilaksanakan dengan percakapan atau dialog dan diiringi gamelan
jawa selendro lengkap. Adapun tema ceritanya adalah cerita Panji.
Di
Kabupaten Klaten untuk pertama kali dilaksanakan oleh para dalang
wayang kulit dan perkumpulan tari topeng yang terkenal bernama Magodo di
Desa Jogosetran Kecamatan Kalikotes.